Sabtu, 18 Juni 2016

STANDUP COMEDY JEMBEER in BAZAAR SEMEDI ANTI TUWO pasca diklat UKKM FP UNEJ

BAZAAR SEMEDI ANTI TUWO
pasca diklat unit kegiatan kesejahteraan mahasiswa

hallo good people. 
beberapa bulan yang lalu unit kegiatan kesejahteraan mahasiswa fakultas pertanian universitas jember ngadain acara pasca diklat nya yang ke 16. dari judulnya aja uda bikin penasaran kan. kok bazaar pakek semedi ? semedi kok anti tuwo ? . terus kok ada standup nya juga. daripada kelamaan liat aja yuk dokumentasi acaranya . saya selaku CO sie PDD merasa bertanggung jawab buat ngeshare hasil jerih payah kita selama mempersiapkan acara ini sampek hasilnya sukses luar biasa karena juga bisa mendapatkan income yang besar 

rapat matengin acara 













nyiapin properti











Selasa, 14 Juni 2016

JENIS JENIS PERTUMBUHAN TANAMAN | mata kuliah PIT

JENIS JENIS PERTUMBUHAN TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 4 / Golongan H
Rahmah Raisha Fadliyah                 151510601108
Adinda Tissa Rachmasari P                151510601110
Sri Nuryani                                          151510601023
Nina Fazaria                                        151510601140
Ricki Adi Purnomo                             151510601026
Fariz Triangga                                     151510501293
Ana Isdatul Asia                                 151510601005
Fandi Ardy Willy                                151510601020
Irga Luluk Mamluah                           151510601046
Eko Wahyudi                                      151510601087
Bahjatul Imaniyah                               151510601066





PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Salah satu ciri dari makluk hidup adalah dapat tumbuh dan berkembang. Begitu juga dengan tanaman. Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan tinggi).Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme. Walaupun berbeda dari segi pengertian, namun kedua proses ini berjalan secara sinergis pada waktu yang bersamaan dan saling terkait.
Adapun perbedaannya terletak pada faktor kuantitatif dan kualitatif. Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif karena mudah diamati, yaitu tejadi perubahan jumlah dan ukuran. Sebaliknya, perkembangan hanya dapat dinyatakan secara kualitatif karena terjadi perubahan fungsional dalam tubuh suatu organisme sehingga tidak dapat diamati.
Pada tanaman yang sedang tumbuh, terlihat adanya pembentukan organ-organ baru. Misalnya daun semakin banyak, akar semakin panjang dan bertambah banyak. Pertumbuhan tanaman dapat tumbuh kedua arah utama yaitu akar menuju ke bawah dan daun serta batang menuju ke atas.
Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer terjadi sebagai hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer, seperti yang terdapat di ujung akar dan ujung batang. Sedangkan, pertumbuhan sekunder terjadi sebagai hasil dari aktivitas pembelahan pada sel jaringan meristem sekunder, seperti yang terdapat di batang.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman berlangsung baik pada fase vegetatif maupun generatif. Pada fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun, dan batang. Sedangkan pada fase generatif terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah, dan biji serta pendewasaan struktur penyimpanan makanan dan penimbunan karbohidrat. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang sangat erat hubungannya.
Jenis jenis pertumbuhan yang kita ketahui ada 2 yaitu pertumbuhan pada tanaman hypogel dan pada tanaman epigeal. Tumbuhan hypogeal epikotilna memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncl di permukaan tanah, sedangkan kotiledon atau cadangan makanannya tetap berada didalam tanah. Pada tanaman epigeal hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon atau cadangan makanannya akan naik keatas permukaan tanah lalu melakukan prose fotosintesis selama daun sesungguhnya belum tumbuh sempurna.

1.2              Tujuan
Supaya mahasiswa memahami dan mengerti jenis jenis pertumbuhan tanaman dan dapat membedakan berdasarkan morfologi dan fungsinya




BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Setiap tanaman mempunyai cara dan ciri sendiri dalam pembiakannya, namun secara garis besar pembiakan tanaman dapat dilakukan secara vegetative (aseksual) yang biasanya untuk perkembangbiakannya dengan bantuan manusia yang disengaja dan generative (seksual) yaitu dengan pembentukan biji dengan pertemuan gamet jantan dan betina (Mangoendidjojo, 2003)
Menurut strukturnya biji adalah suatu ovule atau bakal biji yang masak yang mengadung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel sel generative (gamet) yang sebelumnya terjadi peleburan antara sel jant  an dan betina. di dalam biji juga terkandungan embrio serta cadangan makanan yang mengelilingi embrio yang digunakan selama daun sesungguhnya belum tumbuh sehingga tanaman tetap hidup walau belum bisa memproduksi makanan sendiri (Sutopo. 1988).
Biji terkadang susah tumbuh di Karenakan masih dalam masa dormansi, untuk meningkatkan daya kecambah pada biji yang perlu dilakukan adalah dengan menambahan hormon seperti sitokin atau giberelin melalui perendaman biji beberapa saat disertai pelukaan terhadap benih agar terjadi penyerapan hormon hormon tersebut pada biji(nasution dkk. 2014). Perkecambahan akan dimulai ketika air masuk kedalam biji lalu menurunkan kadar asam absisat sementara kadar giberelin meningkat lalu enzim alfa amylase berubah menjadi glukosa yang akan digunakan dalam proses perkecambahan. Pengukuran perkecambahan seperti kapasitas, waktu, kecepatan, sinkroni dan keseragaman berkontribusi pada pemahaman tentang proses  perkecambahan (Ranal  dan Santana., dalam lobo et al 2014).
 Terdapat 2 faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Sedangkan faktor internal adalah gen individu tersebut (Ai dan Yunia, 2011).Selain faktor eksternal diatas, faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan yaitu antara lain cahaya matahari, suhu, dan adanya gaya grafitasi bumi. Semua faktor tersebut berpengaruh besar terhadap tanaman. Salah satu faktor adanya gaya gravitasi dapat berpengaruh terhadap sel-sel khusus yaitu umumnya pada kelompok tanaman angiopermae yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan tunas dan akar (Saek dalam Deborah dan Ricard, 2011).
Menurut (Amini, et al .2014) faktor lingkungan seperti suhu tanah, potensial osmotic, pH, cahaya, kedalaman penguburan benih, sisa tanaman dan manajemen paktik mempengaruhi perkecambahan biji dan munculnya gulma . Segala aspek dalam perkecambahan harus di perhatikan khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna tanpa ada gangguan dari gulma maupun hama.
Teknologi modern saat ini telah menciptakan biji sintesi namun masih dalam tahap pengembangan. Biji sintesis juga membutuhkan perawatan yang cukup intens dikarenakan akan terjadi perbedaan perkecambahan. Biji sintesis yang disimpan dalam tabung PP mampu menghasikan tunas dan akar 5 mm sampai 10 mm lebih panjang dari pada yang disimpan di petri piring (Siew, 2014)
Terdapat dua tipe perkecambahan. Tipe epigeal dimana pertumbuhan biji ketika munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledong atau cadangan makanannya dan plumula keatas permukaan tanah lalu akan menghilang berganti dengan munculnya daun sesungguhnya. Tipe hypogeal dimana radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, akan tetapi plumula tidak memanjang keatas permukaan tanah sedangkan kotiledonnya tetap berada didalam kulit biji di bawah tanah sebagai cadangan makanannya (Sutopo, 1988)
Pertumbuhan akar tidak akan terjadi apabila seluruh tunas dihilangkan atau dalam keadaan istirahat, karena tunas berperan sebagai sumber auksin yang menstimulir pembentukan akar terutama pada saat tunas mulai tumbuh. Dalam tahap ini air menjadi snagat penting untuk awal pertumbuhan , dimana air mengaktifkan segala enzim di dalam biji agar akar mau keluar menjadi tunas baru (Rochiman dan Harjadi dalam Hayati dkk. 2012)
Sesuai dengan pendapat (Setiawan. dalam Syafrison dkk. 2012), yang menyatakan bahwa pada ujung akar terdapat jaringan meristem primer yang aktif membelah, memanjang dan berdifferensiasi yang mengakibatkan akar bertambah panjang. Jaringan ini tidak memiliki cadangan makanan sehingga memerlukan suplai yang cukup untuk pertumbuhannya. Tumbuhan akan tumbuh membesar lalu mulai tumbuh daun maka dari daun ini akar didalam tanah akan memperoleh sumber energi untuk melakukan tugasnya menyerap unsur hara.



BAB 3 METODE PRAKTIUM

3.1 Waktu dan Tempat
            Kegiatan praktikum Pengantar Ilmu Tanaman dengan judul “Jenis Jenis Pertumbuhan Tanaman” dilaksanakan pada tanggal 04 Oktober 2015, pukul 15.00 – 16.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2      Alat dan Bahan
3.2.1        Alat
a.       Media tanam (pasir)
b.      Bak pengecambah
c.       Beaker glass
d.      Kertas label
3.2.2         Bahan
a.       Benih tanaman monokotil epigeal (bawang merah)
b.      Benih tanaman monokoil hypogal (jagung)
c.       Benih tanaman dikotil epigeal (kedelai)
d.      Benih tanaman dikotil hypogeal (kacang kapri)

3.3 Cara Kerja
·                     Menyiapkan alat dan bahan
·                     Mengisi bak penecambah dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari tinggi bak pengecambah
·                     Buatlah lajur secara berurutan dengan ditandai menggunakan kertas label pada setiap jenis dan penanggulangannya
·                     Rendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit
·                     Tanamlah benih pada bak pengecamabah
·                     Lakukan perawatan dan pemeliharaan seiap hari
·                     Lakukan pengamatan akhir



3.4 Pengamatan
·                     Pengamatan akhir dilakukan pada 7 hari setelah tanam (hst)
·                     Pengamatan meliputi :
Ø  Gambar keseluruhan kecambah
Ø  Bagian bagian kecambah
Ø  Warna hypokotil
Ø  Panjang kecambah




BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil                             
Tabel pengamatan Jenis- Jenis Pertumbuhan Tanaman dari H7 – H14
No
Jenis Tanaman
Ui
Gambar
Panjang H7 (cm)
Panjang H14 (cm)
H
E
K
H
E
K
1
Kacang kedelai
1

1

18,2
21,3
30,2
2

3

16,5
21,5
26,5
3

3,2

14
20,5
31,9
2
Bawang merah
1

3

6,8
6,2
13
2

2,8

6,5
6
12,5
3

3

6,7
5,8
12,5
3
Alpukat
1

0

0
0
0
2

0

0
0
0
3

0

0
0
0
4
Jagung
1

7,8

13
17,2
30,2
2

8

11
15,5
26,5
3

7

16,5
15,4
31,9
Keterangan : Satuan centimeter (cm)

4.2 Pembahasan
Hasil dari pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan selama 2 minggu di laboratorium fisiologi tumbuhan dapat disimpulkan bahwa tumbuhan kacang kedelai, bawang merah dan jagung dapat tumbuh dan  berkembang kecuali benih alpukat. Hal ini jelas menunjukan adanya ketidaktepatan  terhadap mutu dan kondisi benih serta lingkungan. Mutu benih akan kondisi fisik dan fisiologisnya dapat dipertahankan. Perbedaan panjang kecambah antar tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanaman salah satunya adalah media tanam. Media tanam yang digunakan adalah pasir halus yang dan di tempatkan pada bak yang telah disediaka serta kemudian di berikan air hingga merata.  Pengukuran pertambahan tinggi epikotildan hipokotil tanaman dilakukan pada hari ke-7dan hari ke-14.
Pengukuran pada hari ke-7 hanya pada pertambahan panjang epikotilnya saja, dimana untuk tanaman kacang kedelai panjang pada tanaman ulangan 1, 2 dan 3 adalah 1cm, 3cm dan 3,2cm, untuk panjang epikotil tanaman bawang merah pada ulangan tanaman 1, 2, dan 3 adalah 3cm, 2,8cm, 3cm, untuk tanaman alpukat tidak muncul radikula dikarenakan mungkin benih alpukatnya masih dalam masa dormansi atau memang pertumbuhan pada biji alpukat termasuk lama, untuk tanaman jagung panjang epikotil tanaman 1, 2 dan 3 adalah  7,8cm, 8cm dan 7cm.
Pengukuran dilanjutkan pada hari ke-14 dimana bagian yang diukur mulai dari epigeal, hipogeal dan keseluruhan panjang kecambah. Tanaman kacang kedelai panjang hipokotil pada tanaman ulangan 1, 2 dan 3 adalah 18,2cm, 16,5cm dan 14cm, sedangkan untuk panjang epikotilnya pada tanaman 1, 2 dan 3 adalah 21,3cm, 21,5cm dan 20,5cm sehingga untuk keseluruhan panjang dari masing-masing tanaman ialah 30,2cm, 21,5cm dan 31,9cm. Tanaman bawang merah tercatat untuk hipogealnya pada tanaman ulangan 1, 2 dan 3 sepanjang 6,8cm, 6,5cm dan 6,7cm, sedangkan panjang epikotilnya pada tumbuhan 1, 2 dan 3 sepanjang 6,2cm, 6cm dan 5,8cm, sehingga panjang keseluruahan dari kecambah bawang merah pada tanaman 1, 2 dan 3 adalah 13cm, 12,5cm dan 12,5cm. Tanaman alpukat tidak tumbuh kecambahnya sehingga panjang epikotil dan hipokotilnya 0. Tanaman jagung panjang hipogealnya pada tanaman ulangan 1,2 dan 3 sepanjang 13cm, 11cm dan 16,5cm, untuk panjang epigeal tanaman 1, 2 dan 3 adalah 17,2cm, 15,5cm, dan 15,4cm, untuk seluruh panjang kecambahnya pada tanaman 1,2 dan 3 adalah 30,2cm, 26,5cm dan 31,9cm.
Terdapat dua tipe perkecambahan pada tumbuhan. Tipe epigeal dimana pertumbuhan biji ketika munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledong atau cadangan makanannya dan plumula keatas permukaan tanah lalu akan menghilang berganti dengan munculnya daun sesungguhnya(Sutopo, 1988).

Tipe hypogeal dimana radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, akan tetapi plumula  tidak memanjang keatas permukaan tanah sedangkan kotiledonnya tetap berada didalam kulit biji di bawah tanah sebagai cadangan makanannya (Sutopo, 1988).
           
Sumber: google search


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ada 2 yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal meliputi genetik yang merupakan faktor pembawa sifat keturunan bagi generasi selanjutnya yang berbeda satu sama lain. Hormon adalah senyawa organic untuk reproduksi, metabolisme serta pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hormon auksin berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel. Hormon giberelin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel kambium. Hormon sitokinin memiliki fungsi sebagai perangsang pembelahan sel. Hormon gas etilen berfungsi untuk membantu memecahkan dormasi pada tanaman. Hormon asam abisat memiliki fungsi sebagai perangsang pembungaan pada tanaman dan asam traumalin memiliki fungsi memperbaiki luka pada tumbuhan.
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain nutrisi berupa air dan zat-zat hara yang untuk proses fotosintesis yang dirubah menjadi zat-zat makanan untuk di edarkan ke seluruh bagaian tanaman. Suhu mempengaruhi  pertumbuhan optimal tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting untuk fotosintesis. Air merupakan sumber mineral untuk tumbuhan selain untuk memenuhi bahan baku dari fotosintesis air juga bermanfaat sebagai pengoptimalkan pertumbuhan tanaman pada bagian-bagian yang lainnya.




Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanaman yang bekecambah membutuhkan waktu yang cukup untuk berlangsungnya proses im   bibisi yaitu selama 15 menit, dimana selama proses ini air masuk kedalam benih lalu mengaktifkan berbagai enzim untuk menghentikan masa dormansi pada benih tersebut. Proses selanjutnya yaitu radikula mulai tumbuh dan merobek kulit pembungkus benih, terdapat 2  jenis perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal. Jenis tanaman hypogeal yaitu jagung dan alpukat, sedangkan untuk yang berjenis epigeal yaitu tanaman bawang merah dan kacang kedelai. Table diatas juga telah merinci penambahan panjang pada masing-masing tanaman tersebut. Berbagai faktor seperti faktor internal berupa hormon dan ekternal berupa cahaya, suhu, air dan unsur hara juga mempengaruhi perkembangan pertumbuhan pada masing-masing kecambah.

5.2 Saran
Praktikum pada acara 1 mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian yang dilakukan di laboratorium fisiologi tumbuhan fakultas pertanian berjalan lancar, tetapi sempat terjadi kesalahan dimana bak tanaman golongan H tertukar oleh golongan lain sehingga pengukuran kecambah pada hari ke-7 harus diulang. Benih kacang kapri yang diganti dengan benih alpukat juga terlambat disebar informasinya oleh CO golongan, seharusnya asisten laboratorium menginformasikan jauh sebelum praktikum dimulai agar tidak terjadi perbedaan pada bahan di tugas pendahuluan. Tanaman alpukat juga tidak tumbuh kecambahnya, sehingga sebaiknya acapa praktikum mendatang menggunakan benih yang mudah berkecambah saja.
Terbatasnya jumlah kursi pada ruang laboratorium juga membuat praktikan harus berdiri selama praktikum berlansung. Semoga pada praktikum acara selanjutnya kuota tempat duduk untuk para praktikan ditambah sehingga dapat memperlancar jalannya praktikum.
Daftar Pustaka
Ai, N. S. dan Y, Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah Sains, 11(2): 167-173.
Amini, R. Y. Bahmani., E.  Amjadi., Z. Nazari. 2014. Effect Of Salinity And Crop Residue On Seed Germination And Earlyseedling Growth of Curled Dock (Rumex Crispus L.). International Journal of Plant, Animal and Environmental Science. Vol 5 issue 1, ISSN-2231-4490
Fisher, D. D. and Richard J. 2011. Mechanical Forces in Plant Growth and Development. Gravitational and Space Biology Bulletin 13(2), June 2011
Hayati, E., Sabarudin dan Rahmawati. 2012. Pengaruh Jumlah Mata Tunas dan  Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Agrista, 16( 3) : 129-134.
Lobo, G. A., D. G. D. Santana., A. N. Salomão, L. S. Rehbein., and A. P.  Wielewicki, 2014. A technological approach to the morphofunctional classification of seedlings of 50 Brazilian forest species. Journal of Seed Science, v.36, n.1, p.087-093.
Mangoendidjojo, W. 2013. Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius
Nasution, L. W. Barus, A. Mawarni, L. dan Tarigan, R. 2014. Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Biwa (Eriobotrya japonica Lindl.) Akibat Perendaman Pada Urin Hewan Dan Pemotongan Benih. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.4 : 1367- 1375.
Sutopo, L.1988. Teknologi Benih. Jakarta : CV. Rajawali
Syafrison, A. Syarif. dan S. Akhir. 2012. Pengaruh Saat Defoliasi Entres terhadap Pertumbuhan Sambung  Pucuk Kakao ( Theobroma Cacao L. ) dengan Batang Bawah yang Mempunyai Jumlah Daun Berbeda.Littri, 8(2) : 55- 59.
Siew, W. L. M. Y. Kwok, Y. M. Ong, , H. P. Liew, and B. K. Yew. 2014. Effective Use of Synthetic Seed Technology in the Regeneration of Dendrobium White Fairy Orchid. Journal of Ornamentals Plants. ISSN : 2251-6433