JENIS JENIS PERTUMBUHAN TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 4 / Golongan H
Rahmah Raisha Fadliyah 151510601108
Adinda Tissa Rachmasari P 151510601110
Sri Nuryani 151510601023
Nina Fazaria 151510601140
Ricki Adi Purnomo 151510601026
Fariz Triangga 151510501293
Ana Isdatul Asia 151510601005
Fandi Ardy Willy 151510601020
Irga Luluk Mamluah 151510601046
Eko Wahyudi 151510601087
Bahjatul Imaniyah 151510601066
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah
satu ciri dari makluk hidup adalah dapat tumbuh dan berkembang. Begitu juga
dengan tanaman. Pertumbuhan
adalah peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa
pertambahan ukuran (volume, massa, dan tinggi).Sedangkan perkembangan adalah
proses menuju kedewasaan pada organisme. Walaupun
berbeda dari segi pengertian, namun kedua proses ini berjalan secara sinergis
pada waktu yang bersamaan dan saling terkait.
Adapun
perbedaannya terletak pada faktor kuantitatif dan kualitatif. Pertumbuhan dapat
diukur secara kuantitatif karena mudah diamati, yaitu tejadi perubahan jumlah
dan ukuran. Sebaliknya, perkembangan hanya dapat dinyatakan secara kualitatif
karena terjadi perubahan fungsional dalam tubuh suatu organisme sehingga tidak
dapat diamati.
Pada tanaman yang sedang tumbuh, terlihat adanya pembentukan
organ-organ baru. Misalnya daun semakin banyak, akar semakin panjang dan
bertambah banyak. Pertumbuhan tanaman dapat tumbuh kedua arah utama yaitu akar
menuju ke bawah dan daun serta batang menuju ke atas.
Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan
diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina
dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan
terus membelah dan mengalami diferensiasi.
Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan
sekunder. Pertumbuhan primer terjadi sebagai hasil pembelahan sel-sel jaringan
meristem primer, seperti yang terdapat di ujung akar dan ujung batang.
Sedangkan, pertumbuhan sekunder terjadi sebagai hasil dari aktivitas pembelahan
pada sel jaringan meristem sekunder, seperti yang terdapat di batang.
Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman berlangsung baik pada fase vegetatif maupun generatif. Pada
fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun, dan batang.
Sedangkan pada fase generatif terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup bunga,
buah, dan biji serta pendewasaan struktur penyimpanan makanan dan penimbunan
karbohidrat. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang sangat erat
hubungannya.
Jenis jenis pertumbuhan yang kita
ketahui ada 2 yaitu pertumbuhan pada tanaman hypogel dan pada tanaman epigeal.
Tumbuhan hypogeal epikotilna memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit
biji dan muncl di permukaan tanah, sedangkan kotiledon atau cadangan makanannya
tetap berada didalam tanah. Pada tanaman epigeal hipokotil memanjang sehingga
plumula dan kotiledon atau cadangan makanannya akan naik keatas permukaan tanah
lalu melakukan prose fotosintesis selama daun sesungguhnya belum tumbuh
sempurna.
1.2
Tujuan
Supaya
mahasiswa memahami dan mengerti jenis jenis pertumbuhan tanaman dan dapat
membedakan berdasarkan morfologi dan fungsinya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Setiap
tanaman mempunyai cara dan ciri sendiri dalam pembiakannya, namun secara garis
besar pembiakan tanaman dapat dilakukan secara vegetative (aseksual) yang
biasanya untuk perkembangbiakannya dengan bantuan manusia yang disengaja dan
generative (seksual) yaitu dengan pembentukan biji dengan pertemuan gamet
jantan dan betina (Mangoendidjojo, 2003)
Menurut
strukturnya biji adalah suatu ovule atau bakal biji yang masak yang mengadung
suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel sel
generative (gamet) yang sebelumnya terjadi peleburan antara sel jant an dan betina. di dalam biji juga terkandungan
embrio serta cadangan makanan yang mengelilingi embrio yang digunakan selama
daun sesungguhnya belum tumbuh sehingga tanaman tetap hidup walau belum bisa
memproduksi makanan sendiri (Sutopo. 1988).
Biji terkadang
susah tumbuh di Karenakan masih dalam masa dormansi, untuk meningkatkan daya
kecambah pada biji yang perlu dilakukan adalah dengan menambahan hormon seperti
sitokin atau giberelin melalui perendaman biji beberapa saat disertai pelukaan
terhadap benih agar terjadi penyerapan hormon hormon tersebut pada biji(nasution
dkk. 2014). Perkecambahan akan
dimulai ketika air masuk kedalam biji lalu menurunkan kadar asam absisat
sementara kadar giberelin meningkat lalu enzim alfa amylase berubah menjadi
glukosa yang akan digunakan dalam proses perkecambahan. Pengukuran
perkecambahan seperti kapasitas, waktu, kecepatan, sinkroni dan keseragaman
berkontribusi pada pemahaman tentang proses
perkecambahan (Ranal dan
Santana., dalam lobo et al 2014).
Terdapat 2 faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak
mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti kekurangan dan
kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi. Sedangkan faktor internal adalah gen individu tersebut (Ai
dan Yunia, 2011).Selain faktor eksternal diatas, faktor lain yang dapat
mempengaruhi perkembangan yaitu antara lain cahaya matahari, suhu, dan adanya
gaya grafitasi bumi. Semua faktor tersebut berpengaruh besar terhadap tanaman.
Salah satu faktor adanya gaya gravitasi dapat berpengaruh terhadap sel-sel
khusus yaitu umumnya pada kelompok tanaman angiopermae yang dapat berpengaruh
pada pertumbuhan tunas dan akar (Saek dalam Deborah dan Ricard, 2011).
Menurut
(Amini, et al .2014) faktor
lingkungan seperti suhu tanah, potensial osmotic, pH, cahaya, kedalaman
penguburan benih, sisa tanaman dan manajemen paktik mempengaruhi perkecambahan
biji dan munculnya gulma . Segala aspek dalam perkecambahan harus di perhatikan
khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna tanpa ada gangguan dari gulma
maupun hama.
Teknologi
modern saat ini telah menciptakan biji sintesi namun masih dalam tahap
pengembangan. Biji sintesis juga membutuhkan perawatan yang cukup intens
dikarenakan akan terjadi perbedaan perkecambahan. Biji sintesis yang disimpan
dalam tabung PP mampu menghasikan tunas dan akar 5 mm sampai 10 mm lebih
panjang dari pada yang disimpan di petri piring (Siew, 2014)
Terdapat
dua tipe perkecambahan. Tipe epigeal dimana pertumbuhan biji ketika munculnya
radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa
serta kotiledong atau cadangan makanannya dan plumula keatas permukaan tanah
lalu akan menghilang berganti dengan munculnya daun sesungguhnya. Tipe hypogeal
dimana radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, akan tetapi plumula tidak
memanjang keatas permukaan tanah sedangkan kotiledonnya tetap berada didalam
kulit biji di bawah tanah sebagai cadangan makanannya (Sutopo, 1988)
Pertumbuhan akar tidak akan terjadi apabila
seluruh tunas dihilangkan atau dalam keadaan istirahat,
karena tunas berperan sebagai sumber auksin yang menstimulir
pembentukan akar terutama pada saat tunas mulai
tumbuh. Dalam tahap ini air menjadi snagat penting untuk awal pertumbuhan ,
dimana air mengaktifkan segala enzim di dalam biji agar akar mau keluar menjadi
tunas baru (Rochiman dan Harjadi dalam Hayati
dkk. 2012)
Sesuai dengan pendapat (Setiawan. dalam
Syafrison dkk. 2012),
yang menyatakan bahwa pada ujung akar terdapat
jaringan meristem primer yang aktif membelah, memanjang dan berdifferensiasi
yang mengakibatkan akar bertambah panjang. Jaringan ini tidak memiliki cadangan
makanan sehingga memerlukan suplai yang cukup untuk pertumbuhannya. Tumbuhan
akan tumbuh membesar lalu mulai tumbuh daun maka dari daun ini akar didalam
tanah akan memperoleh sumber energi untuk melakukan tugasnya menyerap unsur
hara.
BAB 3 METODE PRAKTIUM
3.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Pengantar Ilmu Tanaman dengan judul “Jenis
Jenis Pertumbuhan Tanaman” dilaksanakan pada tanggal 04 Oktober 2015, pukul
15.00 – 16.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
a. Media
tanam (pasir)
b. Bak
pengecambah
c. Beaker
glass
d. Kertas
label
3.2.2
Bahan
a. Benih
tanaman monokotil epigeal (bawang merah)
b. Benih
tanaman monokoil hypogal (jagung)
c. Benih
tanaman dikotil epigeal (kedelai)
d. Benih
tanaman dikotil hypogeal (kacang kapri)
3.3
Cara Kerja
·
Menyiapkan alat dan
bahan
·
Mengisi bak penecambah
dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari tinggi bak pengecambah
·
Buatlah lajur secara
berurutan dengan ditandai menggunakan kertas label pada setiap jenis dan
penanggulangannya
·
Rendam benih pada air
dalam beaker glass selama 15 menit
·
Tanamlah benih pada bak
pengecamabah
·
Lakukan perawatan dan
pemeliharaan seiap hari
·
Lakukan pengamatan
akhir
3.4
Pengamatan
·
Pengamatan akhir
dilakukan pada 7 hari setelah tanam (hst)
·
Pengamatan meliputi :
Ø Gambar
keseluruhan kecambah
Ø Bagian
bagian kecambah
Ø Warna
hypokotil
Ø Panjang
kecambah
BAB 4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Tabel pengamatan Jenis- Jenis
Pertumbuhan Tanaman dari H7 – H14
No
|
Jenis Tanaman
|
Ui
|
Gambar
|
Panjang H7 (cm)
|
Panjang H14 (cm)
|
H
|
E
|
K
|
H
|
E
|
K
|
1
|
Kacang kedelai
|
1
|
|
|
1
|
|
18,2
|
21,3
|
30,2
|
2
|
|
3
|
|
16,5
|
21,5
|
26,5
|
3
|
|
3,2
|
|
14
|
20,5
|
31,9
|
2
|
Bawang merah
|
1
|
|
|
3
|
|
6,8
|
6,2
|
13
|
2
|
|
2,8
|
|
6,5
|
6
|
12,5
|
3
|
|
3
|
|
6,7
|
5,8
|
12,5
|
3
|
Alpukat
|
1
|
|
|
0
|
|
0
|
0
|
0
|
2
|
|
0
|
|
0
|
0
|
0
|
3
|
|
0
|
|
0
|
0
|
0
|
4
|
Jagung
|
1
|
|
|
7,8
|
|
13
|
17,2
|
30,2
|
2
|
|
8
|
|
11
|
15,5
|
26,5
|
3
|
|
7
|
|
16,5
|
15,4
|
31,9
|
Keterangan : Satuan centimeter (cm)
4.2
Pembahasan
Hasil dari
pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan selama 2 minggu di laboratorium
fisiologi tumbuhan dapat disimpulkan bahwa tumbuhan kacang kedelai, bawang
merah dan jagung dapat tumbuh dan
berkembang kecuali benih alpukat. Hal ini
jelas menunjukan adanya ketidaktepatan
terhadap mutu dan kondisi benih serta lingkungan. Mutu benih akan
kondisi fisik dan fisiologisnya dapat dipertahankan.
Perbedaan panjang kecambah antar tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tanaman salah satunya adalah media tanam. Media tanam yang
digunakan adalah pasir halus yang dan di tempatkan pada bak yang telah
disediaka serta kemudian di berikan air hingga merata. Pengukuran pertambahan tinggi epikotildan
hipokotil tanaman dilakukan pada hari ke-7dan hari ke-14.
Pengukuran pada
hari ke-7 hanya pada pertambahan panjang epikotilnya saja, dimana untuk tanaman
kacang kedelai panjang pada tanaman ulangan 1, 2 dan 3 adalah 1cm, 3cm dan
3,2cm, untuk panjang epikotil tanaman bawang merah pada ulangan tanaman 1, 2,
dan 3 adalah 3cm, 2,8cm, 3cm, untuk tanaman alpukat tidak muncul radikula
dikarenakan mungkin benih alpukatnya masih dalam masa dormansi atau memang
pertumbuhan pada biji alpukat termasuk lama, untuk tanaman jagung panjang
epikotil tanaman 1, 2 dan 3 adalah
7,8cm, 8cm dan 7cm.
Pengukuran dilanjutkan pada hari
ke-14 dimana bagian yang diukur mulai dari epigeal, hipogeal dan keseluruhan
panjang kecambah. Tanaman kacang kedelai panjang hipokotil pada tanaman ulangan
1, 2 dan 3 adalah 18,2cm, 16,5cm dan 14cm, sedangkan untuk panjang epikotilnya
pada tanaman 1, 2 dan 3 adalah 21,3cm, 21,5cm dan 20,5cm sehingga untuk
keseluruhan panjang dari masing-masing tanaman ialah 30,2cm, 21,5cm dan 31,9cm.
Tanaman bawang merah tercatat untuk hipogealnya pada tanaman ulangan 1, 2 dan 3
sepanjang 6,8cm, 6,5cm dan 6,7cm, sedangkan panjang epikotilnya pada tumbuhan
1, 2 dan 3 sepanjang 6,2cm, 6cm dan 5,8cm, sehingga panjang keseluruahan dari
kecambah bawang merah pada tanaman 1, 2 dan 3 adalah 13cm, 12,5cm dan 12,5cm.
Tanaman alpukat tidak tumbuh kecambahnya sehingga panjang epikotil dan
hipokotilnya 0. Tanaman jagung panjang hipogealnya pada tanaman ulangan 1,2 dan
3 sepanjang 13cm, 11cm dan 16,5cm, untuk panjang epigeal tanaman 1, 2 dan 3
adalah 17,2cm, 15,5cm, dan 15,4cm, untuk seluruh panjang kecambahnya pada
tanaman 1,2 dan 3 adalah 30,2cm, 26,5cm dan 31,9cm.
Terdapat
dua tipe perkecambahan pada tumbuhan. Tipe epigeal dimana pertumbuhan biji
ketika munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara
keseluruhan dan membawa serta kotiledong atau cadangan makanannya dan plumula
keatas permukaan tanah lalu akan menghilang berganti dengan munculnya daun
sesungguhnya(Sutopo, 1988).
Tipe
hypogeal dimana radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, akan tetapi
plumula tidak memanjang keatas permukaan
tanah sedangkan kotiledonnya tetap berada didalam kulit biji di bawah tanah
sebagai cadangan makanannya (Sutopo, 1988).
Sumber: google search
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ada 2 yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal meliputi genetik yang merupakan faktor pembawa
sifat keturunan bagi generasi selanjutnya yang berbeda satu sama lain. Hormon
adalah senyawa organic untuk reproduksi, metabolisme serta pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hormon auksin berfungsi untuk merangsang perpanjangan
sel. Hormon giberelin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel kambium. Hormon
sitokinin memiliki fungsi sebagai perangsang pembelahan sel. Hormon gas etilen
berfungsi untuk membantu memecahkan dormasi pada tanaman. Hormon asam abisat
memiliki fungsi sebagai perangsang pembungaan pada tanaman dan asam traumalin
memiliki fungsi memperbaiki luka pada tumbuhan.
Faktor internal
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain nutrisi berupa air dan zat-zat
hara yang untuk proses fotosintesis yang dirubah menjadi zat-zat makanan untuk
di edarkan ke seluruh bagaian tanaman. Suhu mempengaruhi pertumbuhan optimal tumbuhan. Cahaya
merupakan faktor penting untuk fotosintesis. Air merupakan sumber mineral untuk
tumbuhan selain untuk memenuhi bahan baku dari fotosintesis air juga bermanfaat
sebagai pengoptimalkan pertumbuhan tanaman pada bagian-bagian yang lainnya.
Bab
5. Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan
Pengamatan pada
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanaman yang bekecambah
membutuhkan waktu yang cukup untuk berlangsungnya proses im bibisi yaitu selama 15 menit, dimana selama
proses ini air masuk kedalam benih lalu mengaktifkan berbagai enzim untuk
menghentikan masa dormansi pada benih tersebut. Proses selanjutnya yaitu
radikula mulai tumbuh dan merobek kulit pembungkus benih, terdapat 2 jenis perkecambahan yaitu hypogeal dan
epigeal. Jenis tanaman hypogeal yaitu jagung dan alpukat, sedangkan untuk yang
berjenis epigeal yaitu tanaman bawang merah dan kacang kedelai. Table diatas
juga telah merinci penambahan panjang pada masing-masing tanaman tersebut.
Berbagai faktor seperti faktor internal berupa hormon dan ekternal berupa
cahaya, suhu, air dan unsur hara juga mempengaruhi perkembangan pertumbuhan
pada masing-masing kecambah.
5.2
Saran
Praktikum pada
acara 1 mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian yang dilakukan di laboratorium
fisiologi tumbuhan fakultas pertanian berjalan lancar, tetapi sempat terjadi
kesalahan dimana bak tanaman golongan H tertukar oleh golongan lain sehingga
pengukuran kecambah pada hari ke-7 harus diulang. Benih kacang kapri yang
diganti dengan benih alpukat juga terlambat disebar informasinya oleh CO
golongan, seharusnya asisten laboratorium menginformasikan jauh sebelum
praktikum dimulai agar tidak terjadi perbedaan pada bahan di tugas pendahuluan.
Tanaman alpukat juga tidak tumbuh kecambahnya, sehingga sebaiknya acapa
praktikum mendatang menggunakan benih yang mudah berkecambah saja.
Terbatasnya
jumlah kursi pada ruang laboratorium juga membuat praktikan harus berdiri
selama praktikum berlansung. Semoga pada praktikum acara selanjutnya kuota
tempat duduk untuk para praktikan ditambah sehingga dapat memperlancar jalannya
praktikum.
Daftar Pustaka
Ai, N. S. dan Y, Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah Sains, 11(2): 167-173.
Amini, R. Y. Bahmani., E. Amjadi., Z. Nazari. 2014. Effect Of Salinity And Crop Residue On Seed
Germination And Earlyseedling Growth of Curled Dock (Rumex Crispus L.). International Journal of Plant, Animal and
Environmental Science. Vol 5 issue 1, ISSN-2231-4490
Fisher, D. D. and Richard J. 2011. Mechanical Forces in Plant Growth and
Development. Gravitational
and Space Biology Bulletin 13(2), June 2011
Hayati, E.,
Sabarudin dan Rahmawati. 2012. Pengaruh
Jumlah Mata Tunas dan Komposisi Media
Tanam terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Agrista, 16( 3) : 129-134.
Lobo, G. A., D. G. D. Santana., A. N. Salomão, L. S.
Rehbein., and A. P. Wielewicki, 2014. A technological approach to the
morphofunctional classification of seedlings of 50 Brazilian forest species. Journal of Seed Science, v.36,
n.1, p.087-093.
Mangoendidjojo, W. 2013. Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius
Nasution, L. W. Barus, A.
Mawarni, L. dan Tarigan, R. 2014. Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Biwa (Eriobotrya
japonica Lindl.) Akibat Perendaman Pada Urin Hewan Dan Pemotongan Benih. Jurnal Online Agroekoteknologi .
ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.4
: 1367- 1375.
Sutopo,
L.1988. Teknologi Benih. Jakarta : CV. Rajawali
Syafrison, A.
Syarif. dan S. Akhir. 2012. Pengaruh Saat
Defoliasi Entres terhadap Pertumbuhan Sambung
Pucuk Kakao ( Theobroma Cacao L. ) dengan
Batang Bawah yang Mempunyai Jumlah Daun Berbeda.Littri,
8(2) : 55- 59.
Siew, W. L. M. Y. Kwok, Y. M. Ong, , H. P. Liew, and
B. K. Yew. 2014. Effective Use of
Synthetic Seed Technology in the Regeneration of Dendrobium White Fairy
Orchid. Journal of Ornamentals Plants.
ISSN : 2251-6433