PATOGEN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT
TUGAS KELOMPOK
Diajukan guna untuk memenehui tugas
untuk syarat satu mata kuliah
Teknologi Panen dan Pasca
Panen
pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen
pembimbing
Ir. Sigit
Prastowo, M.P
Disusun Oleh
Emalia Firdausi 151510601097
Khusnul Khotimah 151510601099
Herlina Efendi 151510601007
Rahmah Raisha F 151510601008
Adinda Tissa R P 151510601110
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2017
1. Klasifikasi dan Perliaku Patogen Fusarium
Terdapat berbagai macam penyebab
penyakit pada tanaman tomat salah satunya yaitu disebabkan oleh jamur yaitu
jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. Menurut Pitoji (2009), Fusarium oxysporum merupakan patogen
penyebab penyakit layu fusarium pada tanaman
tomat. Fusarium merupakan salah satu anggota famili Tuberculariaceae, ordo Hypocreales
yang potensial sebagai penghasil mikotoksin yang banyak dijumpai pada bahan
makanan ternak maupun pangan. Jamur fusarium bersifat saprofit dan parasit.
Jamur fusarium dapat bertahan lama dalam tanah dengan bentuk Klamidiospora. Jamur fusarium melakukan
infeksi pada akar terutama melalui luka-luka atau melalui luka akar. Penyakit
layu dapat berkembang pada suhu tanah 21-32oC, dengan suhu
optimumnya adalah 28oC. Penyakit akan berkembang lebih berat bila
tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin kalium. Jamur Fusarium bersifat soil inhabitant
sehingga dapat bertahan sangat lama sampai beberapa tahun di dalam tanah.
Penyebaran jamur Fusarium sp juga dipengaruhi oleh keadaan pH yaitu dari
kisaran keasaman tanah yang memungkinkan jamur Fusarium tumbuh dan melakukan kegiatannya. Patogen
penyebab layu fusarium ini cepat berkembang pada tanah yang terlalu basah atau
becek, kelembaban udara yang tinggi, dan pH tanah yang rendah. Penuluran
terjadi melalui perantara alat pertanian, binatang, air hujan, air irigasi,
tanah dan benih. Berikut merupakan klasifikasi dari jamur fusarium oxysporum sebagai berikut.
Kingdom : Mycetaceae
Devisi : Amastigomycota
Subdevisi : Deuteromycotina
Kelas : Deuteromycetes
Subkelas : Hypomycetidae
Family : Moniales
Subfamily : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum
Patogen
cendawan atau jamur Fusarium akan menginfeksi jaringan pembuluh tanaman
sehingga menyebabkan terhambatnya sistem serapan air dan hara dari dalam tabah.
Fusarium menyerang jaringan pembuluh kayu (xylem) yang menyebabka transportasi
air terganggu. Cara kerja dari patogen adalah dengan membentuk koloni dipangkal
batang tanaman, selanjutnya patogen akan mengambil air dan hara yang dibutuhkan
tanaman secara terus menerus melalui akar yang terluka. Air dan hara tanaman
yang sehaurusnya di alirkan ke jaringan tanaman menjadi berkurang sehingga
menyebabkan tanaman tomat layu dan mati.
2. Kerusakan dan Kerugian yang Ditimulkan Fusarium
Layu
Fusarium bisa terjadi pada suhu udara panas dan tingkat kelembapan tinggi.
Gejala yang dapat diamati adalah tanaman menjadi layu saat siang hari sedangkan
pada sore hari segar kembali.
Air
dan hara tanaman yang sehaurusnya di alirkan ke jaringan tanaman menjadi
berkurang sehingga menyebabkan tanaman tomat layu dan mati. Gejala serangan
lanjut ditandi dengan pucatnya tulang daun terutama daun sebelah atas kemudian
diikuti dengan merunduknya tangkai dan akhirnya tanaman menjadi kayu. Serangan
yang terjadi mulai nampak pada waktu tanaman berumur 6 minggu lalu pada
akhirnya tanaman tomat akan kering dan mati. Gejala yang paling khas adalah
gejala pada bagian dalam. Jika pengkal batang dibelah membujur, terlihat
garis-garis cokelat kehitaman menuju ke semua arah, dari batang ke atas melalui
jaringan pembuluh ke pangkal daun dan tangkai. Berkas pembuluh akar biasanya
tidak berubah warnanya, namun seringkali akar tanaman sakit berwarna hitam dan
membusuk. Indikasi pertama dari penyakit ini adalah daun bagian bawah
menguning. Pada tanaman yang masih sangat muda, penyakit ini dapat menyebabkan
matinya tanaman secara mendadak, karena pada pangkal batang terjadi kerusakan
atau kanker yang menggelang. Perkembangan penyakit ini secara berurutan adalah
daun menguning, layu, dan mati (Lukito, 2007).
3. Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan dan Kerugian
Tumbuh
kembang tanaman tidak terlepas dari berbagai gangguan dari hama dan penyakit,
penyakit biasanya disebabkan oleh pathogen pengganggu. Tanaman tomat juga tak
terlepas dari pathogen pengganggu pertumbuhan tomat. Pathogen penyebab penyakit
pada mulanya tumbuhan bereaksi
terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat
berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya
dengan cepat menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang
dengan sendirinya menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit. Pada
tanaman terdapat berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri,
jamur, virus, mikoplasma, dan tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang
menular adalah terjadinya interaksi yang terus-menerus oleh faktor-faktor
biotik (hidup) atau oleh faktor-faktor abiotik (fisik atau kimia). Sel dan
jaringan dari tumbuhan sakit biasanya menjadi lemah atau hancur oleh agensia penyebab penyakit. Kemapuan sel
dan jaringan tersebut melaksankaan fungsi-fungsi fisiologisnya yang normal
menjadi menurun, atau terhenti sama sekali
dan sebagai akibatnya, pertumbuhan menjadi terganggu atau tumbuhan mati.
Jenis sel dan jaringan yang terinfeksi
akan menentukan jenis fungsi fisiologis yang mula-mula dipengaruhinya.
Gejala permulaan yang ditimbulkan oleh serangan jamur Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici adalah tulang daun pucat terutama
daun sebelah atas, kemudian diikuti merunduknya batang, dan akhirnya tanaman
menjadi layu secara keseluruhan. Kelayuan seringkali diikuti klorosis daun,
terutama daun pada bagian bawah. Pada tanaman muda, dapat menyebabkan tanaman
mati secara mendadak karena pada pangkal batang terjadi kerusakan. F. oxysporum
f.sp. lycopersici dapat bertahan lama dalam tanah, sehingga tanah
yang sudah terinfestasi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. Jamur
menginfeksi akar melalui luka, kemudian menetap dan berkembang di berkas
pembuluh. pada hari ke-10 pasca inokulasi, terlihat daun mulai layu dan daun
bagian bawah mulai menguning, hari ke-16 setelah inokulasi daun nekrosis, dan
hari ke-24 setelah inokulasi tanaman mati (Sari dkk, 2012). Jamur ini merupakan patogen tular-tanah yang mampu bertahan
dalam jangka waktu lama dalam bentuk klamidospora meskipun tidak tersedia
tanaman inang, oleh karena itu penyakit layu Fusarium ini relatif dikendalikan.
Pengendalian secara hayati dan pengelolaan kesuburan merupakan pilihan yang
efeisien untuk mengendalikan penyakit ini. Medium tanam yang diformula dengan
kompos mampu menekan penyakit layu fusarium pada tomat (Borrero dalam
Rahayuniati dan Mugiastuti, 2009).
4. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Jamur
Fusarium
Supriati
dan Siregar (2009), menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan jamur fusarium pada buah tomat yaitu sebagai berikut:
1.
Lingkungan fisik
a. Kelembapan
Pada umumnya perkecambahan spora dan perkembangan pertama dari
patogen berhubungan erat dengan kelembapan. Infeksi oleh patogen yang bersifat air
borne (terbawa angin) biasanya paling baik terjadi dalam setetes air
baik air hujan, kabut maupun embun. Dalam hal ini meskipun keberadaan embun
hanya dalam waktu yang singkat, namun dapat memegang peran yang sangat penting.
Pada umumnya jamur hanya membentuk spora pada kondisi udara yang
cukup lembap. Setelah patogen berada di dalam jaringan tumbuhan, pengaruh kelembapan
udara terhadap patogen sedikit sekali, karena jaringan tumbuhan cukup basah
bagi perkembangan patogen. Kelembapan yang cukup tinggi akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman inang yaitu menjadi sukulentis, sehingga ketahanannya
terhadap patogen juga menjadi berkurang. Kelembapan yang tinggi dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain; kerapatan pertanaman, adanya
pohon pelindung, kecepatan angin, topografi, dll.
b.
Suhu
Suhu berpengaruh sebagai differentiating effect (pembeda)
yaitu bersifat menghambat atau mempercepat, jadi bukan sebagai faktor
penentu. Suhu dapat mempengaruhi banyaknya
spora yang berkecambah, kecepatan dan tipe perkecambahan.
Pada umumnya suhu minimum untuk perkecambahan spora adalah 1-3°C dan suhu maksimum adalah 30-36°C, sedangkan suhu
optimumnya tergantung pada masing-masing jenis
patogen. Sering kita kenal adanya patogen khas dataran rendah, dan adanya patogen khas dataran tinggi.
Dalam hal ini faktor suhu memegang
peranan dalam menentukan kemampuan hidup dari patogen
tersebut. Untuk mengamati pengaruh suhu
terhadap perkembangan patogen di dalam jaringan tumbuhan
memang cukup rumit, karena yang sangat berperan dalam menentukan perkembangan patogen adalah terutama suhu dipermukaan
jaringan tumbuhan sementara hal ini sangat sulit untuk dilakukan pengukuran.
Pengaruh suhu terhadap tumbuhan inang juga
cukup sulit untuk diketahui.
c. Sinar
Pengaruh sinar terhadap patogten bersifat langsung dan tidak
langsung. Secara tidak langsung sinar berpengaruh terhadap kelembapan, dan
secara langsung sinar berpengaruh terhadap patogen yang berada di luar jaringan
tanaman. Sinar cahaya tampak (visible light) yang secara kasarnya
mempuntyai panjang gelombang 400-800 nm, hanya sedikit berpengaruh terhadap
perkecambahan spora, kecualai apabila sinar tersebut sangat tinggi
intensitasnya sehingga sifatnya menjadi memanaskan.
Spora yang basah dan spora yang sudah mulai berkecambah lebih peka
oleh hambatan sinar. Sinar cahaya akan menyebabkan pembuluh kecambah membelok
menjauhi sumber sinar (fototropisme negatif). Hal ini terjadi karena dinding
proksimal pembuluh kecambah dipercepat perkembangannya. Radiasi sinar lembayung
juga dapat menyebabkan jamur mengalami mutasi atau kematian, dan pengaruh yang
paling besar terjadi pada panjang gelombang 265 nm.
d. Tekstur tanah
Pengaruh tekstrur tanah dapat bersifat langsung maupun tidak langsung
dengan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada tanah yang bertekstur ringan,
akan mempermudah bagi nematoda untuk berpindah dari satu tanaman ke tanaman
lain, sehingga akan membantu penyebaran patogen. Pada tanah bertekstur berat,
air akan lebih mudah tertahan oleh tanah, dan akan menyebabkan tanaman inang
menjadi lebih sukulentis, sehingga menjadi lebih rentan terhadap patogen.
Selain itu tanah yang bertekstur berat juga memiliki aerasi yang kurang baik,
sehingga akan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya.
2.
Faktor kimia
a. Kesuburan tanah
Dalam kaitannya dengan kesuburan tanah, penyakit tumbuhan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu penyakit yang muncul pada tanaman yang subur, dan
penyakit yang muncul pada tanaman yang lemah. Patogen yang menyerang tanaman
yang subur biasanya adalah parasit biotrof yang hidupnya tergantung pada sel
yang hidup, sedangkan patogen yang menyerang tanaman yang lemah biasanya adalah
patogen yang bersifat sebagai parasit lemah. Patogen yang bersifat parasit
lemah apabila menyerang tanaman yang dalam kondisi subur (kuat) maka tanaman
kerusakan yang ditimbulkan tidak akan mengakibatkan kerugian yang cukup
berarti, tetapi apabila tanaman dalam kondisi lemah maka akan menibulkan
kerugian yang cukup besar.
Unsur N akan menyebabkan bertambahnya masa vegetatif tanaman,
sehingga masa rentan menjadi lebih panjang dan kerugian menjadi lebih besar.
Kelebihan unsur N juga akan menyebabkan tanaman menjadi lebih sukulentis
sehingga perkembangan patogen menjadi lebih baik. Unsur K berfungsi untuk
memacu perkembangan jaringan mekanis sehingga menjadi lebih kuat dan hal ini
akan menghambat perkembangan patogen. Unsur P dan K seringkali dapat mengurangi
tingkat kerusakan penyakit yang dibantu oleh kelebihan N.
b. Reaksi tanah
Reaksi tanah hanya berpengaruh pada penyakit bawaan tanah. Pada
umumnya jamur lebih menyukai kondisi basa, sedangkan bakteri lebih menyukai
kondisi asam, sehingga hal ini sering dimanfaatkan dalam upaya pengendalian
penyakit. Pada penyakitpenyakit yang disebabkan oleh jamur pengendalian sering
dilakukan dengan pemupukan kapur untuk menurunkan pH tanah, sedangkan penyakit
yang disebabkan oleg bakteri sering dikendalikan dengan pemupukan belirang
untuk menaikkan pH tanah.
c. Bahan organik tanah
Pengaruh bahan organik tanah terhadap patogen tidak persifat
mutlak, tetapi tergantung pada sifat patogen. Pemberian bahan organik ke dalam
tanah akan meningkatkan aktifitas dan perkembangan organisme antagonis di dalam
tanah. Akan tetapi bahan organik juga dapat dimanfaatkan oleh patogen-patogen
yang mampu hidup sebagai saprofit untuk bertahan dan melakukan infeksi pada
musim tanam berikutnya.
3. Lingkungan biologi
Lingkungan biologi adalah
berbagai organisme yang berperan dalam menentukan keberhasilan sutu infeksi
oleh patogen. Interaksi antara nematoda dengan beberapa jenis jamur seperti Fusarium,
dan Phytophthora, maupun dengan bakteri seperti Pseudomonas ternyata
mampu meningkatkan tingkat keparahan penyakit bila dibandingkan dengan apabila
patogen tersebut menyerang secara individu. Selain itu beberapa patogen seperti
jamur, nematoda, dan tumbuhan tinggi parasitik juga mampu berperan sebagai
vektor virus sehingga juga akan meningkatkan tingkat keparahan penyakit yang
disebabkan oleh virus tersebut.
Mikroorganisme yang berperan
menghambat perkembangan dan pertumbuhan patogen terutama adalah jasad jasad
yang mampu berperan sebagai jasad antagonis yang pada saat ini banyak
dikembangkan sebagai jasad agen pengendali hayati seperti, jamur Trichoderma
spp, Gliocladium spp., bakteri golongan pseudomonad fluorescen, dll.
5.
Inang
pada tomat
Penyakit layu fusarium
disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Sacc.). Jamur ini
merupakan patogen tular-tanah yang mampu bertahan dalam jangka waktu lama dalam
bentuk klamidospora meskipun tidak tersedia tanaman inang (Semangun,dalam Rahayuniati, 2009).
cendawan patogen Fusarium oxysporum f. sp. menyebabkan busuk akar dan pangkal
batang pada tanaman tomat. F. oxysporum f. sp. cepae menginvasi jaringan
melalui penetrasi langsung pada permukaan jaringan maupun luka pada jaringan.
Jamur ini menular melalui tanah atau rimpang yang berasal dari tanaman sakit,
dan menginfeksi melalui luka. Tanaman yang luka memudahkan jamur dalam
melakukan infeksi, karena secara langsung menyediakan jalur untuk masuknya
jamur ke dalam jaringan tanaman. Jamur yang berhasil masuk ke dalam jaringan
tanaman kemudian merusak sistem pengangkutan air dan nutrisi dari akar menuju
organ tanaman yang lain, sehingga terjadi kerusakan pada tanaman bagian atas
dan menyebabkan tanaman layu (Putri et al, 2014).
Pathogen
layu fusarium menyerang pada akar tanaman. Tanaman lain yang juga menjadi inang
dari petogen layu fusarium adalah:
1.
Cabai
2.
Pisang
3.
Tomat
4.
Bunga gladiol
5.
Jagung
6. Teknik
Pengendalian pada Fusarium oxysporum
f.sp.
Pengendalian hama dan penyakit
secara preventif adalah tindakan pencegahan pertumbuhan hama dan penyakit
supaya tanaman tidak terinfeksi penyakit tersebut. Pengendalian hama dan
penyakit secara preventif dilakukan dengan pengolahan tanah secara intensif,
pengaturan jawrak tanam, dan penanaman tepat pada waktunya, pengairan yang
sehat, pembuatan drainase yang baik, pengapuran tanah, pemupukan berimbang, pemangkasan
cabang dan daun, serta penanaman tanaman perangkap. Pengendalian secara kuratif
adalah mengobati tanaman yang telah terinfeksi oleh hama ataupun penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit secara kuratif dapat
di lakukan dengan pemangkasan bagian tanaman yang terinfeksi, penyemprotan
dengan obat kimia, penggenangan sesaat, penyebaran musuh-musuh alami hama, dan
secara manual memunguti atau menangkap
hama untuk dibasmi.
Menurut Muljowati dan Mumpuni
(2007), menyatakan bahwa salah satu cara preventif adalah dengan memberikan
bahan nabati untuk pembasmian jamur Fusarium
yaitu dengan ekstrak daun nimba. Sebanyak 25 kg daun nimba segar
ditumbuk sambil ditambah dengan
1liter air. Daun nimba yang telah halus
disimpan di tempat yang sejuk selama
tiga hari. Selanjutnya, daun
nimba yang telah halus tersebut disaring menggunakan kain belacu hingga
diperoleh ekstrak daun nimba yang akan digunakanyang disiramkan pada pangkal
batang tanaman tomat dapat diserap oleh akar dan menyebar ke seluruh bagian
tanaman (efek sistemik).
Menurut
Prabaningrum., dkk (2014) menyatakan
bahwa pengendalian secara preventif dapat dilakukan secara kultur teknis dimana
penyerangan jamur belum terlalu ekstrim. Pengendalian secara preventuf dapar
dilakuakn dengan memodifikasi lingkungan. Upaya memodifikasi lingkungan dapat
dilakukan secara kultur teknis seperti pengaturan pola tanam, pengaturan sistem
tanam, pemilihan varietas, pengolahan tanah, pengapuran, solarisasi,
memodifikasi iklim mikro, dan pemupukan.
1. Pengaturan
pola tanam.
Pengaturan
pola tanam bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit di suatu
wilayah atau area lahan tertentu. Oleh karena itu dalam pengaturan pola tanam
harus diupayakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tidak berasal dari satu
keluarga atau famili. Jika pergiliran tanaman dilakukan dalam satu famili, OPT
akan selalu mendapatkan inang, sehingga siklus hidupnya berlanjut
2.
Pengaturan
sistem tanam.
Sistem
tanam dapat dilakukan dengan sistem tumpangsari, tumpanggilir, menanam
tanaman perangkap, menanam tanaman penghadang,
atau menanam di dalam rumah kasa.
3.
Pemilihan
varietas.
Pemelihan varietas dilakuakn selain karena
selera pasar, produktivitas tinggi dan kesesuaian dengan kondisi lahan, faktor
penting lain dalam memilih varietas ialah yang tahan terhadap serangan OPT.
4.
Pengolahan
tanah. Ditinjau dari sudut pengendalian hama dan penyakit,
Pengolahan
tanah yang baik dan benar
bertujuan untuk menekan populasi OPT
tanah. Oleh karena itu jeda waktu yang diperlukan dari saat pengolahan tanah
awal sampai dengan siap tanam minimal 1 bulan. Dengan jeda waktu yang panjang,
patogen dan sisa-sisa pupa dari hama di
dalam tanah akan terjemur oleh sinar
matahari sehingga akan mati.
5.
Pemupukan.
Tanaman
memerlukan unsur makro dan mikro yang sesuai dengan kebutuhannya agar dapat
tumbuh optimal. Tanaman yang kelebihan atau
kekurangan unsur hara akan rentan terhadap
serangan OPT.
Menurut
Prabaningrum., dkk (2014) menyatakan
bahwa pengendalian OPT secara kuratif dapat dilakukan jika populasi hama
atau intensitas serangannya telah mencapai nilai ambang pengendalian. Pengendalian hama dan penyakit secara kuratif dapat di lakukan dengan:
6.
Pemangkasan
bagian tanaman yang terinfeksi
7.
Penyemprotan
dengan obat kimia
8.
Penggenangan
sesaat
DAFTAR PUSTAKA
Lukito, A. M., Astuti., A.
Sugiarto. 2007. Buku Pintar Tanaman Hias. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Mujowati, J. S.
dan A. Mumpuni. 2007. Pemanfaatan Ekstrak Daun Nimba (Azadirachta indica A.
Juss) untuk Pengendalian Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.). Biosfera, 24(2):
71-75.
Pitojo, S. 2009.
Benih Tomat. Yogyakarta: Kanisius.
Purbaningrum,
L., T. K. Moekasan, W. Adiyoga dan H. de Putter. 2014. Panduan Praktis Budidaya Tomat Nerdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama
terpadu (HPT). Lembang: PT Penebar Swadaya.
Putri,
O. S. D.,, I. R. Sastrahidayat, Dan S. Djauhari . 2014. Pengaruh Metode
Inokulasi Jamur Fusarium Oxysporum F.Sp. Lycopersici(Sacc.) Terhadap Kejadian
Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) Jurnal HPT, 2(3):74-81
Rahayuniati.,
R. F dan Mugiastuti., E. 2009. Pengendalian
Penyakit Layu Fusarium Tomat: Aplikasi Abu Bahan Organik Dan Jamur Antagonis
Control Of Tomato Fusarial Wilt: Application Of Organic Ash And Antagonistic
Fungi. Jurnal Pembangunan Pedesaan, 9
(1): 25-34.
Sari., N. M, Retno K dan Khamdan K. 2012. Streptomyces Sp. Sebagai Biofungisida Patogen Fusarium
Oxysporum (Schlecht.) F.Sp. Lycopersici (Sacc.)
Snyd. Et Hans. Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum L.). AGROTROP, 2 (2): 161-169.
Supriyati, Y. dan F.D. Siregar. 2009. Bertanam Tomat Dalam Pot Dan Polibag.
Bogor: Penebar Swadaya.
BISA DOWNLOAD PPT DISINI